Meski Menteri Perdagangan M Lutfi sudah meminta maaf terkait video promosi kuliner mudik khas daerah di Indonesia namun Politisi PDI Perjuangan, Mufti Anam memberikan beberapa catatan terkait hal tersebut. Menurutnya, jika video promosi kuliner yang menyebut nama makanan khas Kalimantan “bipang ambawang” adalah dalam rangka Hari Bangga Buatan Indonesia, seharusnya konteks pembicaraan tidak disangkutkan dengan mudik. Mufti mengatakan, evaluasi menyeluruh diperlukan terhadap kinerja Kementerian Perdagangan.
Ia juga mempertanyakan langkah teknis sebelum penayangan video promosi kuliner nusantara tersebut. "Kenapa tidak dicek script nya, kenapa tidak dicek sebelum dipublikasikan? Apa ada maksud ingin mendiskreditkan Presiden?" kata Mufti. Anggota Komisi VI DPR ini juga mencermati kinerja Menteri Perdagangan M Lutfi.
Mendag disebut Mufti beberapa kali keliru dalam memberikan masukan ke Presiden. “Mulai dari benci produk asing sampai bipang ambawang yang viral di seluruh Indonesia, dan sampai jadi perbincangan di kalangan tokoh tokoh agama di desa desa di dapil saya,” ujar Mufti yang berasal dari daerah pemilihan Pasuruan Probolinggo ini. Menurut Mufti, kinerja Mendag Lutfi “diuntungkan” dengan situasi pandemi di mana daya beli rakyat sedang tidak prima, sehingga membuat fluktuasi harga relatif terkendali saat bulan Ramadan dan jelang Lebaran.
Tercatat hanya daging sapi yang kini harganya relatif berfluktuasi. “Tapi ingat, stabilitas harga bahan pokok saat ini bukan karena kinerja Mendag, tapi memang daya beli sedang susut,” pungkas Mufti. Sebelumnya, Presiden Jokowi ajak masyarakat Indonesia untuk belanja online menjelang lebaran saat ini.
Salah satunya belanja kuliner khas daerah, untuk mengobati kerinduan pada kampung halaman. "Yang rindu makan gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek empek Palembang, bipang ambawang dari Kalimantan dan lain lainnya tinggal pesan, dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah," katanya. Makanan makanan tersebut menurut Jokowi bisa dipesan untuk disantap di rumah.
Atau, bisa juga dikirimkan kepada sanak saudara sebagai oleh oleh atau hadiah. Peryataan Jokowi tersebut kemudian menuai beragam tanggapan di media sosial. Pasalnya presiden menyebut Bipang Ambawang yang identik dengan Babi Panggang. Makan tersebut tidak tepat apabila dikaitkan dengan perayaan Idul Fitri.